Satu,
dua, tiga. Hanya dalam 3 detik aku telah jatuh cinta. Hatiku berdebar kencang
saat melihat wajahmu, entah kau melihatku atau tidak, diam-diam aku telah
terlanjur menyukaimu. Aku tidak tahu, apa yang membuatku menyukaimu. Karena
kelembutan wajahmu yang langsung terpancar saat kita berpapasan, langkah kakimu
yang perlahan, atau karena diammu yang menghanyutkan?
Ah,
bagiku ini sangat memalukan untuk diingat. Hanya dalam 3 detik kau telah
membuatku jatuh cinta, hanya karena berpapasan denganmu dikala senja, hanya
karena bertemu denganmu tiba-tiba.
Aku
sadar, sejak saat itu, aku telah benar-benar belajar untuk mencintaimu, aku
telah beberapa kali merindukanmu, wahai cinta 3 detik. Aku rasa aku benar-benar
telah jatuh cinta.
Aku
sadar sekarang, alasanku hadir di dunia ini, adalah untuk mengabdikan seluruh
jiwaku untuk mencintainya.
Beberapa
senja telah cepat berlalu, senja kali ini tidak seindah senja biasanya, yang
selalu penuh dengan siluet jingga. Senja kali ini, dipenuhi oleh langit
berawan, dipenuhi oleh kristal hujan yang turun dari langit.
Hey,
aku melihatmu lagi, si 3 detik! Mungkin kau melihatku sedang menunggu hujan
berlalu sambil mendekap beberapa buku. Kau buka perlahan payung lebarmu, dan
aku tiba-tiba berharap keajaiban datang. Kau memanggilku, dan bertanya maukah
aku datang ke bawah payungmu?
Kita
berjalan bersama, melewati jalan yang becek, melawan derasnya kristal hujan
yang seakan ingin menghujat kita, dan tentu ditemani debaran jantung. Berdua di
bawah payung, ya ampun! Aku rasa aku telah berdosa. Sedari tadi bahumu ditetesi
air hujan, 3 detik! Kau terlalu menyandarkan payungmu ke arahku.
Sejak
saat itu, aku rasa takdir mempermainkan kita. Kita selalu dipertemukan, menghabiskan banyak waktu bersama dan aku
cukup bahagia akan hal itu.
Namun,
sepertinya kita dipertemukan untuk sengaja dipersilahkan menghabiskan
waktu-waktu bersama terakhir kita. Kita di hadapkan kepada kenyataan yang
pahit. Sungguh pahit.
Tuhan,
sahabat karibnya menyukaiku. Sahabat kecilku menyukainya. Lalu, apa yang bisa
kami lakukan? Atas kesalahan takdir yang mempertemukan? Ku mohon, aku tidak
ingin mengenalnya dari awal jika berakhir seperti ini.
Haruskah?
Haruskah kami mempertahankan pertemuan cinta 3 detik kami? Atau, haruskah kami
berkorban demi kedua orang itu?
Sepertinya,
kita benar-benar bukanlah orang yang mempertahankan ego. Saat, akhirnya kita
memutuskan untuk bertahan kepada kehidupan masing-masing, ditambah dengan kedua
orang itu yang akhirnya menjadi tujuan cinta berlabuh.
Di hujan kala senja, aku melihatmu...
Seperti orang bodoh, aku memperhatikanmu...
Kita sebelumnya pernah bertemu,
Namun yang aku tahu,
Kau tidak melihatku...
3 detik saat itu,
Mungkin bagimu cepat berlalu,
Tapi, andai kau tahu...
3 detik itu, sudah cukup waktuku untuk mencintaimu...
Detik 1, kita bertemu...
Detik 2, aku memperhatikanmu...
Detik 3, aku mencintaimu...
Namun, seperti yang kita tahu...
Cinta yang terjadi begitu cepat antara kau dan aku...
Akan sama cepatnya berlalu...
Meski sakit hatiku tak pernah bisa berlalu...
Namun, aku bahagia atas keputusan kau dan aku...
Di hujan kala senja, aku melihatmu...
Seperti orang bodoh, aku memperhatikanmu...
Kita sebelumnya pernah bertemu,
Namun yang aku tahu,
Kau tidak melihatku...
3 detik saat itu,
Mungkin bagimu cepat berlalu,
Tapi, andai kau tahu...
3 detik itu, sudah cukup waktuku untuk mencintaimu...
Detik 1, kita bertemu...
Detik 2, aku memperhatikanmu...
Detik 3, aku mencintaimu...
Namun, seperti yang kita tahu...
Cinta yang terjadi begitu cepat antara kau dan aku...
Akan sama cepatnya berlalu...
Meski sakit hatiku tak pernah bisa berlalu...
Namun, aku bahagia atas keputusan kau dan aku...
~{AKU}~
Tapi, cinta yang indah, tidak selalu bahagia. Cinta, dari awal sampai akhir memiliki 2 wajah, kebahagiaan dan kesedihan.
~{KAMU}~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Still Confused? NoProb! Ask me here^^